Mexico City –
Mantan Presiden Meksiko, Enrique Pea Nieto, disebut telah menerima suap sebesar US$100 juta atau setara dengan Rp1,4 triliun dari gembong narkotika Joaquin ‘El Chapo’ Guzman.
Klaim itu diungkapkan Alex Cifuentes, yang mengaku orang dekat Guzman selama bertahun-tahun, di hadapan hakim pengadilan Kota New York.
Ditambahkannya, hal itu telah dia utarakan kepada aparat pada 2016.
Guzman menjalani persidangan di New York sejak November setelah dia diekstradisi dari Meksiko untuk menghadapi tuduhan perdagangan kokain, heroin, dan narkotika lain.
Aparat AS menuduh pria berusia 61 tahun itu sebagai sosok di balik kartel narkoba Sinaloa yang menurut jaksa penuntut umum, merupakan pemasok terbesar narkoba ke AS.
Negosiasi suap
Menurut sejumlah wartawan di ruang pengadilan Brooklyn, Pea Nieto sempat meminta US$250 juta kepada Guzman sebelum akhirnya menyepakati US$100 juta.
Cifuentes mengklaim pengantaran uang dilakukan di Kota Meksiko pada Oktober 2012 oleh salah seorang rekan Guzman.
Pea Nieto sendiri menjabat sebagai presiden Meksiko pada periode 2012-2018.
Menurut jaksa penuntut umum, Cifuentes yang merupakan gembong narkoba Kolombia menyebut dirinya sebagai “tangan kanan” Guzman. Dia pernah bekerja sebagai sekretarisnya dan menghabiskan dua tahun bersama Guzman bersembunyi dari aparat di pegunungan Meksiko.
El Chapo, yang berarti ‘si pendek’, ditahan di Meksiko pada 2013 dan belakangan diekstradisi ke Amerika Serikat. Di sana dia mengaku bersalah atas tuduhan perdagangan narkoba setelah bersepakat dengan jaksa penuntut umum.
Pea Nieto belum menanggapi klaim Cifuentes, namun sebelumnya dia menolak tuduhan korupsi yang mengemuka dalam persidangan yang dimulai sejak November lalu.
Pengacara El Chapo, Jeffrey Lichtman, berkilah pemimpin kartel Sinaloa yang sebenarnya adalah Ismael ‘El Mayo’ Zambada.
Dia mengklaim Zambada lolos dari jerat hukum dengan menyuap seluruh pejabat pemerintah Meksiko, termasuk Pea Nieto dan presiden sebelumnya, Felipe Caldern.
Pea Nieto dan Caldern langsung menepis tuduhan itu. Bahkan Calderon menyebutnya “sama sekali tidak benar dan sembrono”. (ARF)