Michigan –
Cuaca dingin ekstrem di Amerika Serikat bagian tengah yang dipicu oleh melencengnya polar vortex telah memakan korban jiwa. Sedikitnya 12 orang tewas dalam berbagai insiden yang dipicu oleh cuaca dingin ekstrem ini.
Seperti dilansir Reuters, Kamis (31/1/2019), korban tewas akibat cuaca dingin ekstrem mulai berjatuhan sejak Sabtu (26/1) lalu, terutama di wilayah Michigan, Iowa, Indiana, Illinois, Wisconsin dan Minnesota. Dalam beberapa hari terakhir, suhu udara di negara-negara bagian AS bagian midwest itu mencapai dua digit di bawah nol derajat Celsius.
Penyebabnya adalah hembusan udara dingin Arktik yang berasal dari polar vortex yang biasanya mengelilingi Kutub Utara. Polar vortex merupakan sebutan untuk sebuah area besar yang terdiri atas udara dingin dan bertekanan rendah yang mengelilingi kedua kutub Bumi. Polar vortex melemah saat musim panas dan menguat saat musim dingin.
Salah satu korban tewas merupakan seorang kakek berusia 70 tahun ditemukan tewas di jalanan kota Detroit, Michigan pada Rabu (30/1) waktu setempat.
Korban tewas lainnya berasal dari kota Ecorse yang juga ada di negara bagian Michigan. Kepolisian setempat mengatakan, seorang kakek berusia 70 tahun yang mantan anggota dewan kota tersebut ditemukan meninggal dunia dengan hanya memakai baju tidur pada Rabu (30/1) waktu setempat.
Di Iowa, seorang mahasiswa University of Iowa ditemukan tewas di luar salah satu gedung di kompleks kampusnya. Mahasiswa yang diidentifikasi bernama Gerald Belz itu diyakini tewas akibat insiden yang dipicu suhu dingin ekstrem.
Sementara itu, kepolisian negara bagian Illinois dilaporkan berhasil menyelamatkan 21 orang yang terjebak di dalam sebuah bus sewaan yang mogok di tengah suhu udara super dingin di jalan tol Interstate 55 dekat Auburn. Bus itu mogok setelah diesel di tangki bahan bakarnya berubah menjadi gel akibat suhu dingin ekstrem.
Diketahui bahwa suhu udara terdingin tercatat di Minnesota, tepatnya di International Falls. Pakar meteorologi dari Badan Cuaca Nasional AS (NWS), Andrew Orrison, menyebut suhu udara di International Falls mencapai minus 55 derajat Fahrenheit atau setara minus 48 derajat Celsius. Suhu udara itu jauh lebih dingin dari suhu udara di Kutub Selatan di Antartika yang ‘hanya’ mencapai minus 24 derajat Fahrenheit atau minus 31 derajat Celsius dengan hembusan angin dingin.
Orrison memperkirakan suhu udara di Chicago masih bisa merosot lagi dengan cukup drastis pada Rabu (30/1) malam waktu setempat. Diketahui bahwa suhu udara terdingin di Chicago sebelumnya muncul di Windy City yang tercatat mencapai minus 50 derajat Fahrenheit atau setara minus 46 derajat Celsius.
Akibat cuaca dingin ekstrem ini, aktivitas belajar-mengajar terpaksa diliburkan untuk Rabu (30/1) dan Kamis (31/1) waktu setempat. Kantor perbankan dan pertokoan juga tutup sementara. Seluruh kantor pemerintah negara bagian di Michigan pun ditutup hingga Kamis (31/1) besok.
Lebih dari 1.000 penerbangan di Bandara O’Hare Chicago dan Midway Chicago terpaksa dibatalkan pada Rabu (30/1) waktu setempat. Layanan kereta api juga dihentikan sementara, kecuali untuk operator Metra yang memakai metode pembakaran rel kereta api agar rangkaian kereta bisa tetap melintas.
Dalam langkah yang tergolong langka, US Postal Service atau kantor posnya AS menghentikan operasional untuk sebagian wilayah Dakota hingga Ohio. Hal ini dinilai langka mengingat US Postal Service memiliki slogan yang menegaskan operasional akan tetap berjalan ‘tidak peduli salju atau hujan … atau di malam yang kelam’.(ARF)