JAKARTA,KHATULISTIWAONLINE.COM
Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangan dunia maya atau siber terhadap sistem senjata Iran. Serangan itu dilakukan tak lama setelah Presiden AS Donald Trump membatalkan serangan udara terhadap Iran pada Kamis (20/6) lalu.
Dilansir dari BBC yang mengutip Washington Post, Minggu (23/6/2019), serangan siber tersebut melumpuhkan sistem komputer yang mengendalikan peluncur roket dan rudal Iran. Hal itu sebagai balasan atas penembakan pesawat tak berawak (drone) AS serta serangan terhadap kapal tanker minyak yang telah dipersalahkan AS atas Iran.
“Tidak ada konfirmasi independen mengenai kerusakan pada sistem Iran. AS juga telah menjatuhkan sanksi yang dinilai Presiden Trump sebagai ‘sanksi utama’,” demikian tulisan di artikel tersebut.
Sanksi tersebut dikatakan perlu untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Selain itu tekanan ekonomi akan dipertahankan kecuali Teheran mengubah ‘arah’.
Ketegangan antara AS dan Iran meningkat sejak AS pada tahun lalu menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 antara Iran dan negara-negara dunia dan menerapkan kembali sanksi. Akibat kebijakan itu terjadi krisis ekonomi di Iran.
Pekan lalu Iran mengatakan akan melampaui batas yang disepakati secara internasional pada program nuklirnya. Trump mengatakan dia tidak ingin perang dengan Iran. Namun Trump mengingatkan bahwa hal itu akan menimbulkan “pemusnahan” jika konflik pecah.
Lantas, seperti apa serangan siber AS ke Iran tersebut?
Serangan itu telah direncanakan selama beberapa minggu. Sumber tersebut mengatakan kepada beberapa media AS, serangan itu sebagai cara untuk menanggapi serangan ranjau terhadap kapal tanker di Teluk Oman.
Serangan siber itu ditujukan pada sistem senjata yang digunakan oleh Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) Iran, yang menembak jatuh drone AS pada Kamis (20/6) lalu, dan yang menurut AS juga menyerang tanker tersebut.
Baca juga: Harap Iran Tak Kembangkan Nuklir, Trump: Kami Siap Jadi Sahabat Mereka
Baik Washington Post dan kantor berita AP mengatakan serangan cyber telah melumpuhkan sistem. The New York Times mengatakan itu dimaksudkan untuk membuat sistem offline untuk jangka waktu tertentu.
Pada Sabtu (22/6), Departemen Keamanan Dalam Negeri AS memperingatkan bahwa Iran meningkatkan serangan sibernya sendiri di AS. Christopher Krebs, direktur Cybersecurity dan Infrastructure Security Agency, mengatakan siber aktivitas berbahaya sedang diarahkan pada industri AS dan lembaga pemerintah oleh aktor rezim Iran dan proksi mereka.(ARF)