BABEL, khatulistiwaonline.com
Sejak terpilih menjadi Ketua Dana Kompensasi (KIP) Produksi PT. Timah Persero Tbk pada 28 Agustus 2017 lalu di Aula Kantor Camat Kota Sungai Liat, Kabupaten Bangka Induk Provinsi Banten, tingkah pola Ratno Daeng Maulipali semakin menjadi-jadi.
Anehnya, Ratno ini seorang oknum PNS yang bertugas di Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Bangka di bawah naungan Dinas Arsip dan Perpustakaan Daerah yang dipimpin oleh Mina sebagai kepala dinasnya, istri dari Bupati Bangka H. Tarmizi.
Saat ini dikabarkan bahwa Ratno memiliki jabatan rangkap, yaitu selain jadi PNS tapi juga menjabat sebagai Humas PT. Pulomas, Sekjen KNPI, Pengurus Astrada Kabupaten Bangka Induk, dan kini menjabat pula jadi Ketua Panitia Dana Kompensasi KIP untuk nelayan Kota Sungailiat.
Dia juga mengurus aktifitas bongkar muat pasir timah dari Kapal Isap Produksi PT. Timah beserta mitranya. Sungguh fantastis semuanya beraroma materialistis, koq bisa ya? Seorang PNS punya banyak jabatan. “Yang namanya Ketua Dana Kompensasi untuk Nelayan ya mustinya dari anggota nelayan atau yang berhubungan dengan kegiatan nelayan dong. Kalau ini bukan seorang yang berprofesi sebagai nelayan, malah dari golongan PNS yang sudah pasti akan lalai dalam menjalankan tugas,” ujar warga.
Sebagai aparatur sipil negara sebelum menjabat sebagai Ketua Dana Kompensasi ini, Ratno ini dikabarkan suka berkeliaran di luar kantornya pada saat jam dinas. Menurut keterangan saksi-saksi mata sebagai narasumber yang bisa dipercaya dan sepanjang pantauan wartawan Khatulistiwa di lapangan, memang benar informasi yang beredar di kalangan masyarakat, Ratno sering berkeliaran di luar saat jam dinas.
Bahkan ketika dijumpai di Kantor Camat Sungailiat ia sempat berang saat dikonfirmasi seraya berkata dengan nada penuh emosi dan menantang wartawan seperti seorang jagoan yang arogan dan tak mau kalah pamor sambil pasang aksi gaya saat difoto wartawan.
Berbagai keluhan dari masyarakat tentang sepak terjang Ratno ini, bahkan menurut keterangan dari masyarakat nelayan dan penambang pasir timah di laut Air Kantung Sungailiat, limbah tailing pasir timah yang jatuh dari kapal isap pun kini diambil lagi oleh pengusaha swasta KIP. Apakah ini tidak layak dibilang arogan, tamak dan serakah? Semenjak zaman Indonesia merdeka PT. Timah sudah melakukan aktifitas penambangan laut dan daratan, belum pernah ada catatan sejarah dalam perjalanan PT. Timah mengeruk kembali limbah buangannya. Baru-baru ini di akhir tahun 2017 pihak PT. Timah dan mitranya mengeruk limbah pembuangannya. Aneh memang.
Menurut keterangan tangan kanan Ratno yang bernama Alim menyatakan kepada wartawan pada tanggal 8 Desember 2017, bahwa Ratno tidak lah salah dan menerangkan bahwa pengerukan timah tailing KIP itu berdasarkan Surat Keputusan Bersama dari Dirjen PT. Timah untuk mengeruk kembali tailing limbah KIP dikarenakan limbah tersebut berbahaya sebab mengandung uranium dan SKnya pun sudah dikeluarkan oleh Camat Sungailiat.
Jika semua keterangan Alim ini benar adanya, jika dihitung dari tahun 1945 sudah banyak ikan dan manusia mati karena radiasi dari uranium ini akibat ulah kapal keruk dan kapal isap PT. Timah.
Kalau begitu sebaiknya semua kapal keruk timah yang beroperasi di laut segera dihentikan apalagi kapal isap milik PT. Pulomas yang beroperasi terlalu dekat dengan bibir pantai, jaraknya kurang lebih dari satu mil laut padahal izinnya minimal satu mil laut. Yang diketahui selama ini jika tambang timah ditutup justru ini yang membuat banyak orang bisa kena serangan kanker alias kantong kering.
Sepak terjang Ratno ini harus segera dihentikan karena jelas bisa menyebabkan kerugian besar di segala pihak, apalagi ia telah merugikan pihak Pemda karena sering bolos kerja.
Aktifitas bongkar muat pasir timah dari KIP dalam satu bulan bisa mencapai lima sampai dengan enam kali, sudah jelas ia bolos kerja. Masa Bupati Bangka, Kepala Dinasnya dan Setda semuanya pada tutup mata? Memang sepertinya sudah menjadi tradisi di negeri ini bahwasanya peraturan dibuat untuk dilanggar!
Bupati Bangka H. Tarmizi saat ini sepertinya tidak punya nyali. Kalau ingin maju negeri ini harus bersikap yang tegas dong. (ERWAN)