PURWOREJO,KHATULISTIWAONLINE.COM
Rombongan bupati Purworejo, Jawa Tengah, kunjungi Belanda dan Swedia dengan dalih napak tilas sejarah dan memenuhi undangan dari sebuah perusahaan IT, terus dipersoalkan. Bupati diminta memaparkan seberapa bermanfaat kunjungan itu.
Ketua LSM Komando Bela Rakyat (KBR) Purworejo, Hery Priyantono, mengatakan kepergian bupati dan empat delegasi itu dinilai tidak tepat. Kepergian bupati dan sejumlah pejabat ke Eropa itu dinilai terlalu memaksa dan justru terkesan seperti liburan mengggunakan dana APBD.
“Sementara banyak persoalan yang sedang dihadapi masyarakat di Purworejo, seperti lesunya daya beli pembeli yang dihadapi pedagang kecil dan persoalan PPDB yang menyita energi ribuan masyarakat Purworejo,” kata Hery, Sabtu (22/6/2019).
Kepergian bupati dan rombongan ke Eropa, Hery menambahkan, bukan yang pertama kalinya. Diketahui, beberapa kali bupati dan pejabat lain bepergian ke luar negeri dengan berbagai dalih kunjungan. Hingga saat ini, hasil dari kunjungan sebelumnya tersebut dinilai juga belum tampak.
“Pertanyaan saya, lalu tujuannya seperti apa dan mana hasilnya untuk Kabupaten Purworejo. Kunjungan kali ini ke Belanda dan Swedia sebaiknya bupati harus menjelaskan ke publik secara detail. Soal pembiayaan mereka pergi ke Belanda dan Swedia. Termasuk kepergian delegasi itu apa sudah izin Mendagri atau belum. Kemudian harus dilaporkan ke publik secara rinci pula apa hasil dari kunker ke dua negara Eropa tersebut,” lanjutnya.
Kritikan pedas juga datang dari anggota DPRD Kabupaten Purworejo Fraksi Golkar, Imam Teguh Purnomo. Menurutnya kegiatan kunjungan kerja luar negeri yang kerap dilakukan oleh eksekutif perlu ditinjau ulang. Pasalnya, kegiatan tersebut hingga kini belum terasa manfaatnya secara nyata bagi kepentingan masyarakat.
“Ke depan bisa menjadi koreksi di setiap pembahasan anggaran yang diajukan eksekutif, supaya cermat betul untuk memberikan anggaran sesuai kepentingan yang lebih besar, jangan sampai kecolongan lagi anggran ratusan juta hanya digunakan untuk plesiran yang berkedok studi banding oleh bupati dan pimpinan DPRD,” kritiknya.
Menanggapi hal tersebut Sekda Purworejo, Said Romadhon, yang juga ikut dalam rombongan kunker itu mengatakan bahwa kunjungan tersebut bukan untuk berwisata semata, namun memiliki misi demi kemajuan Purworejo.
“Kunjungan tersebut bukan untuk berwisata atau bersenang-senang, melainkan memiliki misi bagi kemajuan Kabupaten Purworejo di masa mendatang,” tuturnya.
Kunjungan itu sendiri dilakukan sebagai respon atas undangan Supertext Swedia, sebuah perusahaan besar yang bergerak di bidang teknologi informasi. Di perusahaan Supertext, Bupati menerima hibah teknologi dan pelatihannya dari Direktur Supertext Martin Jacobson, disaksikan langsung oleh Dubes RI untuk Swedia Bagas Hapsara.
Pihak pemkab Purworejo merasa perlu menggunakan aplikasi Supertext ini karena sangat banyak manfaat yang bisa dipetik. Antara lain pemanfaatan komunikasi digital petani, penyuluh dalam mengakses informasi dan pelayanan. Juga penyediaan informasi ketersediaan dan keamanan pangan dilihat dari tanaman yang tersedia dan yang telah dipanen antar wilayah.
“Selain itu juga menjembatani antara pihak petani sebagai produsen dengan konsumen ataupun industri melalui ketersediaan informasi harga, serta membantu pentani melalui desiminasi inovasi dan pengetahuan teknis antara petani dengan penyuluh,” kata dia.
Seperti diketahui, delegasi Kabupaten Purworejo dipimpin Bupati Agus Bastian melakukan kunjungan ke Swedia dan Belanda didampingi Ketua DPRD Luhur Pambudi, Sekda Said Romadhon, Kepala Bappeda Pram Prasetya Ahmad dan Kepala Dinparbud Agung Wibowo AP. Kunjungan 16 hingga 22 Juni 2019 memakai dana APBD sebesar Rp 433.610.000. (DAB)