Mexico City –
Meksiko mengerahkan nyaris 15 ribu tentaranya ke perbatasan Amerika Serikat (AS). Pengerahan ini dimaksudkan untuk memperlambat gelombang para imigran dari negara-negara Amerika Tengah yang ingin masuk ke wilayah AS.
Seperti dilansir AFP, Selasa (25/6/2019), otoritas Meksiko awal bulan ini berjanji mengerahkan 6 ribu personel Garda Nasional ke perbatasan. Janji itu disampaikan di bawah tekanan Presiden AS Donald Trump dan bertujuan untuk memperlambat aliran imigran asal Amerika Tengah yang bergerak melalui perbatasan AS-Meksiko.
Namun saat itu, otoritas Meksiko tidak menjelaskan lebih lanjut soal rencana pengerahan personel militernya ke perbatasan dengan AS yang ada di sebelah utara negara itu. Pekan ini, militer Meksiko akhirnya membeberkan lebih detail soal pengerahan pasukan itu.
“Kami melakukan pengerahan total, antara Garda Nasional dan unit militer, sekitar 14 ribu personel, nyaris 15 ribu personel di wilayah utara negara ini,” sebut Menteri Pertahanan Meksiko, Luis Cresencio Sandoval, dalam konferensi pers bersama Presiden Andres Manuel Lopez Obrador.
Saat ditanya apakah pasukan itu melakukan penahanan para imigran untuk mencegah mereka melintasi perbatasan, Sandoval menjawab: “Iya.”
“Mengingat bahwa migrasi (tanpa dokumen sah) bukanlah tindak kriminal, melainkan merupakan pelanggaran administratif, kami hanya menahan mereka dan menyerahkan mereka ke otoritas terkait,” ucap Sandoval merujuk pada Institut Migrasi Nasional.
Pemerintah Meksiko menuai banyak kritikan karena menghentikan para imigran yang hendak melewati perbatasan AS-Meksiko. Personel Garda Nasional dan polisi Meksiko terus berpatroli di sekitar perbatasan.
Kebijakan ini sedikit mengalami pergeseran dari sebelumnya. Pasukan keamanan Meksiko sejak lama telah menahan para imigran tanpa dokumen sah yang melintasi perbatasan AS, namun tidak pernah menghentikan mereka sebelum melintasi perbatasan.
Kebijakan baru ini memicu kemarahan publik usai pekan lalu, seorang fotografer AFP menjepret momen saat personel Garda Nasional Meksiko yang bersenjata lengkap menghentikan secara paksa dua wanita dan satu anak perempuan yang hendak menyeberangi Sungai Rio Grande untuk masuk ke wilayah AS. Dalam beberapa kasus, keluarga-keluarga imigran terpaksa saling terpisah karena beberapa dari mereka berhasil menyeberangi perbatasan, namun sisanya ditahan di Meksiko.
Diketahui bahwa banyak warga Amerika Tengah yang melarikan diri dari kemiskinan dan kekerasan geng yang brutal di negara asal mereka, memilih untuk pindah secara ilegal ke AS dengan melalui Meksiko. Kebanyakan dari mereka tidak memiliki dokumen legal untuk pindah secara resmi ke AS.
Namun hukum internasional melindungi hak-hak para imigran tanpa dokumen sah untuk melintasi perbatasan internasional demi meminta suaka. Pengadilan-pengadilan AS memperkuat hak-hak tersebut, terlepas apakah para imigran itu melintasi perbatasan secara legal atau ilegal.
Dalam beberapa bulan terakhir, terjadi lonjakan tajam jumlah imigran yang melintas perbatasan AS-Meksiko untuk mencari suaka. Sebelumnya pada Mei lalu, otoritas AS menahan 144 ribu di perbatasan. Jumlah itu meningkat 32 persen dari April lalu dan 278 persen dari Mei 2018. Trump telah mendesak Meksiko untuk melakukan lebih banyak upaya guna mengurangi angka tersebut.(ADI)